Lombok bahkan dikenal istilah MAKO untuk menyebut istilah tembakaubagi masyarakat Sasak yang menggambarkan betapa lekatnya tradisi merokok dikalangan masyarakat suku Sasak maupun Hindu sebagai salah satu entitas yg hidup bersama.
Selain itu di masyarakat suku Sasak dan Hindu dikenal istilah tembakau senang yang dimitoskan sebagai produk tembakau nomor satu karena memiliki cita rasa yang nikmat. “ Belum sempurna nikmatnya merokok jika belum mencoba tembakau SENANG. Setidanya begitulah ungkapan mereka yang pernah mencoba menghisap tembakau yang satu ini,” Ungkap Gede Wenten sembari mengatakan tembakau SENANG memang menjadi buah bibir penikmat kretek di Lombok bahkan dari luar Lombok
.
Tembakau SENANG sulit di dapat dipasaran dan harganya mahal. Satu tumpi atau sekitar setengah kilo gram dijual 150 – 200 ribu. Kalau dicari dipasar-pasar tradisional kemungkinan tidak ada. “Lalu kemana kita mendapatkan tembakau SENANG ,” kata Gede Wenten. Selanjutnya Wenten menjelaskan bertandanglah ke Desa Suntalangu Kecamatan Suela Lombok Timur, persisinya dikampung Senang disanalah tembakau SENANG bisa ditemui. Jumlahnya memang tak banyak dari sekitar 1500 warga Desa Suntalangu yang menjadi petani tak sampai separuhnya yang menanam tembakau Senang. Umumnya mereka menanam jenis tembakau rakyat yang mudah dan murah. Semisal tembakau Kasturi tembakau Kuning jenis Escort atau Varoka dan tembakau Hitam yang harganya rata2
berkisar Rp 10 – 60 ribu setiap tumpi.
Desa Suntalangu memang beda, ketika desa-desa lainnya banyak menanam tembakau Virginia, justru di Suntalangu tak ada yang menanamnya. Tak jelas benar mengapa begitu, yang pasti desa di ujung timur Lombok Timur itu terkenal dengan sebutan Semerbak Bau Tembakau Senang. Biasanya pada musim panen tembakau, Agustus sampai Oktober setiap tahunnya, sekitar 75 persen lahan persawahan di sana berubah fungsi menjadi perkebunan tembakau. Sudah lumrah jika kita dapati orang-orang di Lombok, terutama di pedesaan kemana-mana membawa segenggam tembakau dengan dompet bekas perhiasan ataupun kresek kecil yang dilengkapi kertas rokok dan korek api. Mereka mahir memilin tembakau Rajangan yang disulut dengan korek api bersumbu kapuk berminyak tanah. Asap yang mengpul
Tembakau Senang Memang Menyenangkan
Beberapa hari lalu, saya kedatangan kawan yang baru saja pulang penelitian dari Lombok. Ia membawa saya tiga bungkus
tembakau Nusa Tenggara Barat, tepatnya Lombok. Dua diantaranya,
escort dan kasturi, cukup familiar bagi saya. Namun ada satu varietas tembakau yang sepertinya tidak pernah saya lihat. Ya tembakau senang.
“Ini tembakau senang. Asli dari tempat produksinya langsung,” terang teman saya.
Betapa saya amat senang sekali mendengar pengakuan teman ini. Sudah lama sekali ingin mencicipi tembakau senang yang asli. Saya sebenarnya sudah beberapa kali mencoba tembakau varietas ini di beberapa toko tembakau, tapi saya agak curiga tembakau senang yang mereka jual sudah tercampur dengan banyak unsur lain, alias tidak lagi original. Entah itu ditaburi gula atau terkena saos perasa yang merusak keaslian rasa tembakau itu sendiri.
Tembakau Senang ini menjadi favorit masyarakat Pulau Lombok, sebab jenisnya berbeda dengan Kasturi, Escort, Virginia, Tembakau Hitam maupun Makopan.
Menariknya, tembakau Senang ini dibanderol mahal, jika tembakau lainnya dijual 10-60 ribu per kilo, tembakau senang bisa mencapai 150-200 ribu per kilonya.
Menelusuri literatur yang ada, dinamakan tembakau Senang sebab diambil dari tempat budidayanya, yaitu kampung Senang, Lombok Timur. Lahan tanam di kampung Senang sendiri sangat kecil sehingga produksinya pun tidak sebesar tembakau di daerah Jawa. Hal inilah yang mungkin menyebabkan tembakau Senang harganya cukup mahal.
Jangankan kita bisa mendapatkan dan merasakan tembakau Senang yang asli, sekelas Kepala Dinas Pertanian
Lombok Timur saja mengaku hanya pernah sekali merasakan dan mendapatkan tembakau Senang, itu saja pada 1996.Petani sedang memanen tembakau Senang, Lombok Timur
Sebenarnya bibit tembakau ini dari varietas Kasturi. Hal ini lumrah terjadi di dunia pertembakaun, varietas bibit yang sama ditanam pada lahan dan ketinggian yang berbeda, maka akan menghasilkan cita rasa yang juga berbeda.
Kasus tembakau Senang mungkin sama dengan tembakau Srintil. Tembakau yang melegenda baik kualitas maupun harganya itu sebenarnya dari bibit kemlaka dan menjadi srintil sebab proses dan syarat-syarat tertentu, yang sebenarnya tidak bisa dikonsepsikan secara pasti. Bahkan, saya pernah bertanya kepada petani di Temanggung sana, lebih banyak menjawab dengan cerita mitologi. Pun begitu dengan tembakau Senang.
Tanpa babibu lagi, saya mengambil sebungkus tembakau yang tergeletak di atas meja itu, membuka wadahnya dan menikmati bau semerbaknya. Aromanya membangkitkan semangat dan nafsu hisap saya.
Tembakau senang sangat digemari masyarakat, namun tembakau ini tidak banyak ditemui di pasaran.
Benar saja, tembakau ini memang memiliki corak isapan yang sama dengan tembakau Kasturi. Tidak terlalu berat. Namun ada sedikit beda pada aroma dan rasanya. Tembakau Senang ketika dibakar lebih semerbak aroma khas kasturinya dan lebih manis ketimbang tembakau Kasturi.
Sebenarnya tembakau Senang ini tidak terlalu cocok dengan saya yang gemar mengisap tembakau Temanggungan, seperti Kemlaka atau Mantili yang cukup berat isapnya. Tetapi tetap saja, tembakau Senang cukup menyenangkan sebagai selingan tembakau yang berkarakter kick.
Tembakau Darmawangi
Aroma tembakau begitu khas saat melintas di sebuah desa di Sumedang, Jabar. Tembakau itu mampu menghidupi warga desa dengan penjualan hingga ke luar negeri.Desa penghasil tembakau Mole yang cukup terkenal yaitu Desa Darmawangi. Untuk pasar tembakau berada di Kecamatan Tanjungsari. Tembakau asal Darmawangi, Jembarwangi, dan desa-desa lain di Sumedang dipasarkan di Tanjungsari, kemudian diolah menjadi lembaran-lembaran/gulungan tembakau murni yang siap dipasarkan ke seluruh Sumedang dan sekitarnya.
Sumedang -
Seorang pria menata nampan pengeringan tembakau di Sumedang, Jawa Barat (Jabar)Baca artikel berikut Ini :